![]() |
William J Sidis |
Sejak kecil, pendidikan (atau pembentukan? pen.) William dimulai begitu intens. Tabungan keluarga digunakan untuk buku, mainan, serta perlengkapan lain yang bisa mendorong sang anak berkembang cepat. Memanfaatkan teknik psikologi inovatif Boris , William diajarkan untuk mengenal dan mengucapkan huruf dari alfabet dalam beberapa bulan. Si kecil sudah bisa berbicara seperti "door" (pintu) saat usianya 6 bulan. Serta terampil makan sendiri dengan sendok ketika 8 bulan. Apa bayangan Anda tentang William? ya, anak ajaib. Demikian pula Boris dan Sarah, mereka sangat bangga. Bayangkan, saat menginjak usia 2 tahun William sudah bisa membaca harian New York Times dan mengetik dengan bahasa Inggris dan Perancis.
Sisi negatifnya, pelatihan berlebih ditambah atensi media (berkat Sarah yang suka menulis jurnal memamerkan keberhasilan anak mereka) mengakibatkan William kehilangan sisi "anak" yang seharusnya bermain dengan teman seusianya. Di usia 9 tahun ia sudah diterima di Harvard, walau pihak kampus menolaknya hadir di kelas karena secara emosional ia belum dewasa. Orang tua William menekan Harvard dengan menuliskan kisah tersebut hingga dimuat di halaman pertama New York Times. Lalu Tufts College juga mengaku pada publik bahwa William mengoreksi kesalahan dalam buku-buku matematika dan mencoba untuk menemukan kesalahan dalam teori relativitas Einstein. Akhirnya Harvard menyerah, William pun bisa kuliah. Ia terdaftar sebagai mahasiswa ketika usianya mencapai 11 tahun.
Di puncak musim dingin, ratusan orang hadir mendengarkan bocah ajaib William J Sidis berbicara tentang dimensi ke-4 pada tubuh manusia. Kabar ini menyebar cepat, dunia terkesima. Media mendapat sumber berita paling sensasional. Wartawan pun terus menguntit William di kampusnya. Bagaikan selebritas, ia tak punya waktu privasi lagi. Di usia 16 tahun akhirnya William lulus dari Harvard dengan predikat cum laude. Membanggakan bagi orang tua dan publik, tapi tidak bagi William. Menurut penulis biografi Sidis Amy Wallace , William mengaku tidak pernah mencium seorang gadis. Suatu hal yang 'aneh' dalam budaya remaja Amerika. Saat wisuda, ia memberi pernyataan terbuka pada wartawan, "Saya ingin menjalani kehidupan yang sempurna. Satu-satunya cara untuk menjalani kehidupan yang sempurna adalah hidup dalam pengasingan. Saya selalu membenci orang banyak."
Setelah meninggalkan Harvard, masyarakat dan orang tuanya mengharapkan hal-hal besar dari William. Dia memang mengajar matematika di Rice University di Houston, Texas. Faktanya, usia William yang lebih muda dari semua siswanya mengakibatkan kesulitan dalam mengajar. Dia pun mengundurkan diri dan pindah kembali ke Boston. Di saat yang sama, Amerika sebagai negara kapitalis bertolak belakang dengan haluan komunis. Sementara William justru berpaham sosialis, hal ini membawanya ke penjara di bulan Mei 1919 karena merancang demonstrasi sayap kiri. Dalam sel, ia bertemu Martha Foley seorang sosialis Irlandia. Cinta mereka berdua berjalan rumit, sehubungan dengan faham William yang 'unik' soal cinta, seni, dan seks hanyalah agen sebuah "kehidupan yang tidak sempurna."
Pengakuannya sebagai atheis dan sosialis di pengadilan menghasilkan hukuman 18 bulan penjara bagi William. Untung, pengaruh orangtuanya membuat ia keluar penjara. Ia lalu pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan mengubah namanya agar tak ditemukan. Selama dalam keterasingan hidupnya, ia menulis puluhan buku dengan nama samaran. Masa-masa inilah karya-karyanya terbilang fenomenal. Dalam The Animate and the Inanimate (1925), William mengklaim tentang wilayah gelap di alam semesta (teori yang sekarang berkembang soal dark matter, anti matter, dan black hole). Sidis juga menulis sejarah Amerika dari jaman prasejarah hingga 1928. Ia menyebut bahwa orang-orang kulit merah sebagai penduduk pribumi juga hidup di waktu yang sama ketika nenek moyang kulit putih berkembang di Eropa.
![]() |
William J Sidis |
No comments:
Post a Comment